Hampir semua tempat jajanan kuliner khas selama Ramadan di Makassar, Sulawesi Selatan, menyajikan kue Roko-roko Cangkuning yang merupakan kue tradisional khas suku Bugis-Makassar.
Orang Bugis biasa menyebutnya Doko-doko Cangkuning, sedangkan orang Makassar memanggil dengan sebutan Roko-roko Cangkuning. Kue ini identik dengan balutan daun pisang yang berbentuk kerucut.
Rina Arifah (40), salah seorang penjual kue di pusat jajanan kuliner Ramadan di Makassar, tepatnya berlokasi di belakang Wisma Kalla, Jalan Andi Mappanyuki, mengatakan panganan ini selalu banjir peminat meski saat ini harga sebungkus dibanderol Rp 4.000.
"Inimi kue yang tidak pernah kurang peminat, dan hampir semua pedagang kue di sini menjual Roko-roko Cangkuning karena rasanya yang khas dan baunya yang harum dari balutan daun pisang ini sehingga banyak yang suka. Doko artinya bungkus yang diisi dengan adonan Bugis yang disebut Cangkuning. Karena dibungkus lagi dengan daun, makanya dinamakan Doko-doko Cangkuning.
Ibu yang memiliki seorang anak ini mengungkapkan cara pembuatan Roko-roko Cangkuning, tidaklah sukar dan bahannya sangat mudah diperoleh. Begini caranya:
Bahan:
250 gram tepung ketan, 50 gram tepung kanji, 1 sendok teh (sdt) air kapur siri, 75 cc air daun suji dari 10 lembar daun suji dan 10 lbr daun pandan, 100 cc air, 1 sdt tepung beras, ¼ sdt garam dan terakhir menyiapkan daun pisang untuk digunakan membungkus adonan nantinya.
Bahan isi kue:
½ butir kelapa muda yang sudah diparut serta 250 gram gula merah yang telah diiris.
Proses pembuatan:
Pertama, campurkan bahan untuk isi, terus masak sampai airnya habis. Kemudian bentuk seperti kelereng. Setelah itu Campur air kapur sirih, tepung kanji, tepung beras, dan ketan.
Tuangkan air suji perlahan-lahan, kemudian aduk-aduk pakai tangan adonan hingga dapat tergulung. Selanjutnya bentuk bulat adonan kira-kira dengan garis tengah 3 centimeter. Usai itu, taruhlah adonan ke daun pisang yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu beri bongkahan kecil gula aren dan bulatkan lagi, kemudian bungkus.
"Terakhir kukus pada dandang dengan nyala api yang sedang. Supaya keliatan ciamik, buka pembukusnya satu demi satu, kemudian ganti dengan daun pisang yang segar dan muda. Ceng-ceng jadilah Roko-roko Cangkuning, "terang Rina. (Eka Hakim/Nrm)
Sumber :
https://www.liputan6.com/ramadan/read/2255053/yuk-coba-buat-doko-doko-cangkuning-khas-bugis-untuk-berbuka
Putu cangkir adalah salah satu kue tradisional yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Putu cangkir ini berbahan dasar dari beras ketan yang dihaluskan.
Untuk membuat putu cangkir, yang dilakukan terlebih dahulu adalah menggiling beras ketan hingga halus. Kue khas dari Makassar ini terbagi dua jenis yaitu putu cangkir isi gula merah dan putu cangkir isi kelapa parut.
Kartini (42) pedagang putu cangkir di Jalan Drs. H. Abdullah Silondae, sekitaran Bundaran Mandonga Kota Kendari saat ditemui tim Warta Sultra di lapak jualannya, Selasa (6/3/2018) mengatakan, putu cangkir juga bisa dimasak dengan cara dikukus.
“Untuk membuat putu cangkir yang dikukus harus menggunakan panci khusus serta memakai corong kecil berbentuk bundar sebagai alat cetakannya,” jelasnya.
Ia mengaku, menjadi penjual kue tradisional putu cangkir sejak tahun 2005 lalu, hingga saat ini ia juga masih menjual di lokasi yang sama. Dengan kue yang ia produksi itu sudah memiliki pelanggan dari Jakarta yang sering memesan dengan jumlah banyak untuk dibawah di ibukota.
Selain memiliki pelanggan, ia sering kedatangan tamu dari Jakarta yang sengaja datang hanya untuk kursus pembuatan kue khas asli Makassar ini.
“Harga kue tradisional ini relatif murah hanya dengan uang lima ribu rupiah sudah bisa mendapatkan empat kue putu cangkir,” tutup Kartini. (*LAN)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar