Senin, 26 November 2018

Local Food


1.) Pallubasa

Konon awal mula makanan berkuah yang dicampur kelapa parut goreng ini hanya diperuntukkan untuk kelas pekerja seperti kuli bangunan, tukang becak, dan kelas pekerja lainnya.
Mengapa demikian, karena pada masa itu Pallubasa merupakan makanan termurah yang hanya dapat dijangkau para kelas pekerja
Dari catatan sejarah 10 ikon Makassar di Dinas Pariwisata Makassar, alasan sehingga Pallubasa menjadi makanan murah karena campuran isi atau daging yang ada di dalam setiap mangkuknya itu bagian yang tidak dibutuhkan oleh pemilik sapi tetapi diberikan kepada si pemotong sapi sebagai jatah atau upah (tawana papolonga).
Bagian-bagian sapi yang tidak dibutuhkan antara lain bakal susu (kandala’po’, bentuk bakal susu yang ketika diangkat dari dandang bentuknya seperti asap knalpot), baluta (darah segar sapi saat disembelih yang ditadah menggunakan batang bambu yang kemudian dibekukan), susu sapi (payudara sapi), biji pelir sapi, usus lurus (parru’ lambusu’), Latto-latto’ (bagian da-ging yang bercampur dengan tulang rawan) dan gantungan jantung.
Papolong inilah yang kemudian mengolah sisa-sisa tersebut menjadi makanan yang disebut Pallubasa.
Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Makassar, Andi Karunrung mengatakan Pallubasa merupakan makanan berkuah yang sepintas terlihat sama dengan coto Makassar. Namun keduanya sangat berbeda.
Letak perbedaannya terdapat pada proses memasaknya. Jeroan untuk Pallubasa direbus dalam waktu yang lama. Setelah matang, jeroan dan daging diiris dan dihidangkan dalam mangkuk.
Perbedaan lainnya pada kuah Pallubasa ditambahkan kelapa parut yang telah disangrai sehingga kuahnya menjadi kental dan gurih, aromanya pun karena santan lebih kental dan serbuk kelapa yang menyatu dengan kuah.
Tambahan lain yang membuat Pallubasa lebih spesial adalah dengan ditambahkan-nya telur ayam yang dimasak setengah matang.
Awalnya Pallubasa disantap berpasangan dengan burasa yang berukuran cukup besar, kira-kira berukuran 3-4 kali lipat dengan ukuran burasa sekarang. Namun saat ini, Pallubasa akan terasa pas jika disajikan dengan nasi putih yang masih panas.
(soure : http://makassar.tribunnews.com/2017/10/03/serupa-coto-tapi-beda-ini-cerita-di-balik-pallubasa)


2.) Putu Ayu

Kue basah tradisional yang enak dan bertekstur lembut ini merupakan salah satu dari aneka jajanan pasar yang hingga saat ini masih sangat populer. Kue putu ayu atau sering disebut juga kue putri ayu karena memilki tampilan warna yang cantik, yaitu berwarna hijau dengan taburan kelapa parut yang berwarna putih. Resep sederhana dan cara membuat putu ayu yang mudah bisa kita lihat dalam ulasan di bawah ini :

Bahan : 
2 butir telur ayam

200 gram gula pasir

1 sdt SP

150 gram tepung terigu

200 ml santan

pewarna hijau secukupnya

100 gram kelapa muda parut

garam secukupnya.

Cara Membuatnya :

Kocok telur, gula pasir dan SP sampai mengembang dan putih. Kemudian masukkan terigu. Aduk rata.

Tuang santan sedikit demi sedikit sambil diaduk rata. Masukkan pewarna hijau, aduk hingga rata.

Campur kelapa dan garam, aduk rata. Masukkan ke dasar cetakan sambil sedikit ditekan supaya padat. Tuang adonan putu ayu ke dalam cetakan hingga penuh.

Panaskan panci pengukus, kukus adonan hingga matang. Angkat dan sajikan untuk 18 buah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar